Hari ini adalah pengumuman hasil ujian SMP di salah satu SMP favorit di Jakarta. Untuk tahun ini, semua siswanya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. Urutan Nilai Ebta Murni(NEM) ditempel di dua papan kayu yang disimpan di lapangan sekolah dan mading. Selama beberapa hari, dua tempat itu selalu dipenuhi siswa, dan orangtua, terutama kelas 9.
Di sekolah ini banyak “Gank” atau semacam “Grup”. Tapi, semuanya sudah mendapat perizinan berdiri dengan tidak melanggar norma-norma yang berlaku. Salah satunya “Gank Harvest” yang terdiri dari 7 anak kelas 9 yang tahun ini lulus dengan nilai memuaskan dan masuk 10 besar NEM tertinggi di sekolah mereka.
Anggota “Gank Harvest” ini adalah Angel, Devi, Febi, Laura, Sandra, Sandy, dan Sheila. Semuanya memiliki sifat yang berbeda-beda.
Yuk, kita baca ceritanya !
Hari ini adalah hari terakhir mereka sekolah di SMP dan mulai persiapan masuk SMA. Rencananya, sepulang sekolah, mereka akan berkumpul di Café Masame untuk membicarakan rencana liburan mereka tahun ini.
“Eh guys,”kata Angel memulai pembicaraan.”Kalian setuju nggak liburan tahun ini kita ke hutan?”sambungnya sambil menunggu jawaban dari yang lain.
“Kalau gue sih mau aja,”kata Sheila dengan nada cuek.”Kalau yang lain nggak tahu deh,”.
“Kalau gue, Devi, Sandra dan Sandy sih setuju”balas Febi menyengir.”Tapi nggak tahu tuh si Laura.”lanjut Febi merubah raut wajahnya menjadi jutek.
“Hmmm,”kata Laura memejamkan matanya sambil berpikir.”Gimana ya, gue kan nggak biasa tinggal di hutan,”kata Laura dengan nada centil.
“Kita kan di sana cuma tiga hari,”kata Sandra membalas dengan lembut.”Lagi pula, hutan itu dijamin aman soalnya ada penjagaan ketat di sana,”lanjutnya masih dengan nada ramah.
“Oke deh gue ikut.”kata Laura.
“Oke kalau semua setuju, besok kita kumpul di sini lagi sambil bawa semua barang-barang yang bakal dibawa besok.”kata Sandy.”Gue jemput di depan café ini lagi oke?”tanya Sandy.
Semuannya mengangguk setuju.
Keesokan harinya…………………………
Akhirnya tepat di siang hari yang cukup terik, semuanya sudah berkumpul di depan Café Masame sambil memesan minuman dan beberapa cemilan kecil untuk mengganjal perut.
“Aduh, si Laura udah delay 10 menit nih,”keluh Devi melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 13.10.
Tak berapa lama, Laura datang sambil mendorong sebuah koper yang cukup besar, dan menjinjing kantong pink.
“Hai semua,”sapa Laura.
“Ya ampun”kata Febi terbelalak menahan tawa.”Kamu mau kemana?”.
“Iya ke hutan lah, sama kayak kalian semua,”jawab Febi santai.
“Iya ke hutan sih ke hutan, tapi kan kita di sana cuma bentar.”kata Sheila membalas.”Nyampe 1 minggu aja nggak, tapi kamu bawa koper kayak mau ke hutan 1 bulan. Weleh weleh.”kata Sheila mengelus dagunya.
“Gue juga tau”jawab Laura.”Di sana kan kita pasti butuh handbody, lipstick, bedak, parfum…ya banyak deh,”kata Laura.
Itulah Laura. Sifatnya yang centil sudah melekat kuat dalam dirinya. Penampilan adalah yang nomor 1 baginya. Ia selalu ingin tampil cantik.
“Eh, kita udah kelamaan di sini,”kata Angel melirik semua temannya, dan memotong celotehan Laura yang tidak terlalu penting untuk didengar.
“Oke semua! Spirit!”kata Sandra.
“Let’s go to the Forest…yeaaah!”kata semuanya bersemangat.
Langit pukul 02.00 siang ini lumayan bersemangat. Sinar matahari masih terasa hangat di punggung walaupun tidak terlalu cerah. Awan-awan bergumpal dengan indah di langit.
Sesampainya di sana, mereka langsung menurunkan barang dari mobil dan mendirikan satu tenda yang cukup besar dan muat untuk mereka semua tidur di samping mobil Sandy. Mungkin kalian berpikir, kenapa nggak memakai dua tenda? . Soalnya Sandy takut gelap dan tidur sendiri. Iya mau nggak mau mereka gabung di dalam satu tenda.
Selesai memasang tenda dan memastikan barang-barangnya tertata rapi di dalam tenda. Kemudian mereka membuat mie dan susu coklat. Setelah itu barulah mereka membuat api unggun karena udara mulai malam dan semakin dingin. Suasana terasa hangat. Sandy mengeluarkan gitarnya dan mengajak teman-temannya bernyanyi. Laura , Devi, dan Sandra bernyanyi, sedangkan Febi dan Sheila bertepuk tangan. Mereka menyanyikan beberapa lagu pop yang sedang nge-trend, seperti “Kepompong oleh Sindentosca”, “Dengarkan Curhatku oleh Vierra”, dan masih banyak lagi.
Selesai bernyanyi, semuanya masuk ke tenda karena merasa lelah dan langit pun sudah gelap. Hanya ada beberapa lampu tempel dan api unggun sebagai penerang mereka. Tas mereka dijadikan sebagai pembatas antara perempuan dan laki-laki. . Karena kelelahan, semuanya langsung tertidur pulas. Terkecuali Devi yang tampaknya sedang insomnia. Ia memberanikan diri keluar tenda dengan membawa sebuah senter putih yang kedap kedip hampir mati. Lalu mulai melangkahkan kaki menyusuri jalan setapak menuju ke tengah hutan. Sesampainya di sana, ia hanya mendengar suara jangkrik dan melihat semak belukar.
Tak berapa lama, ia mendengar suara tangisan yang sepertinya berasal dari balik semak itu. Tapi karena malam semakin larut, dan Devi yang mulai ketakutan, ia segera kembali ke tenda. Lalu menarik selimutnya dan mencoba memejamkan mata. Ia akan menceritakan tentang suara tangisan ini pada teman-temannya besok. Akhirnya Devi ikut tertidur pulas.
Keesokan harinya……
Selesai mandi di sungai, Devi segera menyuruh teman-temannya duduk di depan api unggun yang telah padam untuk menceritakan soal tangisan tadi. Devi mencoba membuat teman-temannya percaya. Tapi, tak ada yang berpihak padanya.
“Okelah, kalau kalian nggak percaya,”kata Devi dengan nada kesal.”Kita buktikan jam 11 malam ini, nggak boleh ada yang tidur!!”lanjut Devi.
“Oke.”jawab semuanya(kecuali Devi).
Malam harinya…………
Mereka memakai jaket yang lumayan tebal agar tidak kedinginan, membawa handphone masing-masing untuk keamanan, serta senter untuk menerangi perjalanan. Setelah selesai, mereka semua menyusuri jalan setapak dengan Devi sebagai penunjuk jalan. Akhirnya, mereka sampai di depan semak belukar. Suara jangkrik memecah keheningan malam dan membuat mereka sedikit merinding.
Lalu, terdengarlah suara tangisan seperti yang diceritakan Devi kemarin. Akhirnya semuanya percaya. Akhirnya, mereka mencari sumber suara tersebut yang diperkirakan ada dibalik semak belukar tersebut. Setelah sampai, mereka tidak menemukan apapun. Tak lama, tiba-tiba Laura menjerit. Akhinrya, semuanya yang sedang berpencar menghampiri Laura.
“Ada apa sih Laura?”tanya Angel heran.
“I..it..ituu adaaa…”ucap Laura gemeteran sambil menunjuk ke sebuah baju yang berlumuran darah. Sontak semuanya kaget.
“Oh My God, apa ini?”tanya Angel mengarahkan senternya kea rah baju berlumuran darah tersebut.”Lihat ini!”pintanya.
“Oh My God, ini kan baju…tapi banyak darahnya gini, brrr”kata Sheila yang ngilu dengan darah.
Kemudian Sandy mengambil baju tersebut dengan tangan sedikit bergetar. Mereka mengamati baik baju yang asalnya terdapat gambar strawberry tersebut tertutupi lumuran darah yang masih basah. Tak berapa lama, di ujung baju tersebut tersirat sebuah nama. Yaitu Jeniffer Galn.
“Hah Jeniffer Galn? Siapa dia?”tanya Devi heran.
“Jangan jangan,”Devi melanjutkan.”Suara tangisan itu dari yang punya baju ini. Ihhhh sereeem,”kata Devi membuat beberapa temannya kecuali Angel dan Sandy ketakutan.
“Eh pinjem handphone dong, yang gue low batt!”kata Angel menyengir.
“Nih, yang gue aja.”kata Sandy memberikan handphone “Blackberry Bold”nya pada Angel.
Lalu Angel mengambil gambar baju tersebut dengan baik dan semua bagian bajunya terlihat.
“Eh,”kata Sandra merinding.”Balik yuk, udah malem, aku juga ngantuk.”lanjut Sandra sambil menguap.
“Iya ngel, jangan lama-lama di sini ah !”kata Laura.
“Oke. Kita balik sekarang!”kata Angel.
Sesampainya di tenda, Devi, Febi, Laura, Sandra, dan Sheila langsung tertidur pulas. Angel dan Sandy sedang mendiskusikan masalah baju ini. Mereka berencana menamakan kejadian ini “Misteri Baju Berdarah” dan membuat “Detektif Harvest” untuk meneliti baju berdarah tersebut. Dan memutuskan untuk “camp” di sini selama empat hari lagi. Jadi totalnya satu minggu. Selesai membicarakan, keduanya langsung tertidur.
Keesokan harinya…
Hari ini jadwal mereka untuk pulang. Sudah tiga hari mereka ada di sini. Semuanya membereskan barang kecuali Angel dan Sandy. Kemudian, mereka menjelaskan hasil diskusi kemarin.
“Eh guys,”kata Angel membuat Devi, Febi, Laura, Sandra, dan Sheila menghampirinya.
“Kayaknya kita jangan pulang hari ini deh,”kata Angel dengan nada yang ragu-ragu.
“Lho, kenapa?”tanya Devi.”Apa ada hubungannya sama baju itu?”.
“Bener vi,”jawab Sandy.”Kita harus nyelidikin semua itu.”lanjut Sandy.
“Aduuh, buat apa sih?”tanya Laura kesal.
“Kejadian semalam dan baju itu sangat mencurigakan.”kata Angel.”Dan mungkin aja terjadi perbuatan criminal di sini,”.
“Jadi?”tanya Sheila mengeluarkan kembali beberapa bajunya.
“Kita stay di sini sampai seminggu dan diusahain dalam empat hari kedepan, semuanya udah beres.”kata Sandy santai.
Setelah beberapa lama, semuanya setuju. Tapi, semuanya meminta Sandy untuk menambah stok makanan dengan menggunakan uangnya. Demi penelitian ini, ia hanya bisa mengangguk setuju.
Setelah mandi,rencananya pagi ini, mereka membuat bubur instan. Yang bertugas membuatnya adalah Devi, Febi, dan Sheila. Sedangkan yang lain membuat teh hangat. Kayu-kayu api unggun sudah mulai habis dilalap api. Persediaan kayu bakar mereka hanya sedikit sehingga harus mencari di sekitar hutan.
Selesai sarapan, mereka langsung menuju semak belukar kemarin untuk memastikan baju berdarah itu masih ada. Ternyata benar, posisinya masih sama persis dengan kemarin Angel menaruhnya. Darahnya mengering. Sinar matahari dari balik dedaunan Albasia membuat baju ini menjadi lebih berwarna. Burung- burung kecil bertengger di ranting albasia sambil bersiul dengan merdu menambah keindahan pagi di hutan ini.
Mereka mengamati dengan seksama baju tersebut. Febi dan Sheila yang jago sains bertugas memastikan bahwa darah pada baju tersebut adalah darah manusia asli. Sedangkan yang lainnya melihat-lihat keadaan di semak belukar.
“Ini bukan darah manusiaaa…”kata Sheila menjauhkan baju tersebut dari hidungnya. Semuanya langsung menghampiri Febi dan Sheila.
“Iya,”kata Febi.”Menurut gue, ini darah kambing.”lanjut Febi.
Angel dan Sandy sebagai pemimpin di penelitian ini mencoba mendekatkan hidung mereka ke baju tersebut.
“Heeeeem,”kata Angel mengusap hidungnya.”Bau kambing!!!!”.
Karena semuanya penasaran, setelah mencium darah baju tersebut, mereka membenarkan bahwa itu adalah darah kambing. Kecurigaan Angel dan Sandy makin saja bertambah dengan dua fakta yang terjadi di belakang semak belukar tersebut. Yang pertama, suara tangisan di malam hari, dan yang kedua adalah ditemukannya baju berlumur darah ini.
“Pasti ada apa-apa”kata Sandy.
“Ah udahlah,”kata Laura dengan nada centil.”Gue bener-bener pengen pulang,”sambungnya dengan raut wajah cemberut.
“Iya ngel, san,”ucap Febi. Devi, Laura, dan Sandra mengangguk setuju.
“Gue bakal ikut kalian,”kata Sheila menepuk bahu Angel dan Sandy.
“Yaudah deh, kalau kalian emang pengen pulang,”kata Sandy dengan ramah.”Kalian pulang aja, dari pada di sini bisa stress, kalian pake mobil gue aja!”kata Sandy menambahkan.
Akhirnya Devi, Febi, Laura dan Sandra mengambil keputusan untuk pulang. Tapi, mereka semua sepakat untuk menyelesaikan “Misteri Baju Berdarah” ini sampai tuntas. Mereka berempat yang pulang akan membantu, sewaktu-waktu butuh suatu barang yang perlu dikirim, atau pasukan polisi.
Selesai berkemas, mereka melambaikan tangan dan masuk ke mobil. Langit masih cerah di pukul 11.00 ini. Mobil milik Sandy melaju dengan cepat meninggalkan jalan hutan. Angel, Sandy, dan Sheila kembali ke tenda dan akan segera membuat strategi untuk menyelesaikan misteri ini.
Awan gelap mulai datang. Tak ada lagi sinar matahari. Angel, Sandy, dan Sheila memasukkan barang-barang seperti panci dan lampu tempel ke dalam tenda agar tidak kehujanan. Suasana tenda terasa sepi. Tenda yang semula terasa sempit dan gaduh, kini menjadi sangat luas untuk mereka bertiga dan sunyi.
Terdengar suara air hujan yang jatuh ke atap tenda. Gerimis mulai turun dengan lembut. Tapi beberapa kali petir menyambar. Mereka bertiga menyalakan tiga buah lampu tempel di dalam tenda. Sheila membuat tiga vanilla late hangat, sedangkan Angel dan Sandy membicarakan rencana mereka tiga hari ke depan.
Setelah tiga gelas vanilla late hangat tersedia di hadapan mereka, akhirnya dimulailah sebuah diskusi oleh tiga detektif. Angel, Sandy, dan Sheila yang siap mengungkap “Misteri Baju Berdarah ini”.
-à to be continue Misteri Baju Berdarah Part II
;)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswah, ceritanya bagus
BalasHapusbikin lagi dong kak :D